Upskilling merupakan salah satu bentuk investasi Learning & Development (L&D) dalam menyiasati pergeseran pekerjaan yang disebabkan oleh pandemi maupun teknologi. Pergeseran model kerja menyebabkan keterampilan-keterampilan baru muncul dan harus dikuasai SDM. Berdasarkan Manpower Group (2021), 69% perusahaan di seluruh dunia berjuang untuk menemukan karyawan yang terampil, terutama di bidang dengan permintaan tinggi seperti operations and logistics, manufacturing, production IT, sales, dan marketing. Dengan menyusutnya kumpulan keterampilan akibat transformasi digital dan perubahan demografis, organisasi perlu berinvestasi pada keterampilan internal dengan program upskilling yang tepat.
Upskilling adalah bentuk investasi jangka panjang dalam rangka menambah pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang membantu karyawan memajukan karier serta bertahan dalam lingkungan bisnis saat ini. Menurut Harvad Business Review, karyawan yang memanfaatkan program upskilling untuk pertumbuhan pribadi atau profesional mereka mampu meningkatkan keterlibatan dan retensi karyawan. Penelitian LinkedIn (2021) mengungkapkan bahwa 59% profesional L&D mengidentifikasi program upskilling sebagai prioritas utama untuk program pelatihan. Sayangnya, banyak organisasi tidak mengetahui keterampilan dan pengembangan apa yang dibutuhkan.
Organisasi perlu mengambil peran dalam mengatasi kebingungan terhadap keterampilan yang relevan dengan kebutuhan organisasi maupun karyawan. Untuk itu, berikut beberapa hal yang harus dilakukan organisasi sebelum membangun program upskilling:
Mengidentifikasi keterampilan
Karier karyawan perlu didukung oleh para pemimpin organisasi agar kepentingan individu, tujuan operasional, dan kesenjangan organisasi dapat saling berkolaborasi. Selanjutnya, pemimpin juga dapat melakukan weekly check-in untuk mendiskusikan minat, tujuan, tantangan, dan kebutuhan karyawan. Melalui informasi ini, pemimpin dapat memberikan solusi berupa program upskilling yang sesuai.
Menilai keterampilan
Setelah mengetahui keinginan serta kebutuhan karyawan, organisasi perlu mencatat bahwa tidak semua keterampilan yang disebutkan karyawan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan organisasi. Untuk itu, pemimpin perlu menilai apakah program upskilling yang diajukan mampu memajukan organisasi atau hanya sekadar keinginan semata karyawan untuk pengembangan dirinya sendiri. Penting bagi pemimpin untuk menyelaraskan tujuan karyawan dan organisasi sehingga karyawan terdorong untuk mengajukan program upskilling yang relevan dengan tujuan serta kebutuhan organisasi.
Menentukan program/pelatihan yang tepat
Setelah menentukan kebutuhan keterampilan yang harus dimiliki karyawan, organisasi harus mencari cara yang tepat untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Organisasi dapat memberikan pelatihan jangka pendek untuk program upskilling berbasis pengetahuan dan pelatihan jangka panjang untuk keterampilan teknis. Selain pelatihan, organisasi dapat mempertimbangkan alat upskilling lainnya, seperti coaching, counseling, mentoring, dan lainnya.
Organisasi perlu mengetahui setiap detail program upskilling agar karyawan mampu mempersiapkan diri dengan baik dalam pelaksanaannya. Organisasi dapat menentukan apakah program tersebut membutuhkan waktu yang lama atau tidak. Umumnya, program upskilling yang berbasis peningkatan pengetahuan membutuhkan waktu yang cenderung singkat atau dilakukan dalam jangka pendek. Sebaliknya, program upskilling yang berbasis kompetensi, contohnya teknologi, membutuhkan waktu yang lebih lama atau dilakukan dalam jangka panjang.
Referensi:
https://hbr.org/2022/01/how-to-build-a-successful-upskilling-program
https://www.aihr.com/blog/learning-and-development-statistics/
https://learning.linkedin.com/content/dam/me/business/en-us/amp/learning-solutions/images/wlr21/pdf/LinkedIn-Learning_Workplace-Learning-Report-2021-EN-1.pdf
https://go.manpowergroup.com/meos