Selama ini kita mengenal bahwa manajemen lebih cenderung untuk bekerja melalui orang lain, yaitu lebih bersifat mengelola hubungan top–down (atas ke bawah). Hari-hari ini kita menyadari bahwa manajemen bisa mengelola siapa saja, bahkan termasuk atasan kita. Kita akan mengalami banyak kesulitan ketika tidak mampu mengelolanya. Bayangkan, ada berapa permintaan yang kita ajukan kepada atasan setiap harinya, mulai dari permintaan kecil seperti tanda tangan pengeluaran barang, alat tulis kantor, uang kecil, dan sebagainya sampai kepada permintaan besar seperti pengeluaran uang besar, pengajuan proposal proyek, dan sebagainya.
Mengelola atasan memiliki beberapa tujuan, yaitu :
- Memperoleh persetujuan atasan
Kita tidak melakukan apa pun hanya berdasarkan kepentingan diri sendiri, namun kita melakukannya untuk kepentingan perusahaan. Meskipun untuk kepentingan perusahaan, jika atasan melihat tindakan yang akan kita lakukan tidak sesuai dengan gambaran besar yang dia miliki (dan bisa jadi belum dia bagikan kepada kita) atau tidak sesuai dengan nilai dasar perusahaan (budaya organisasi), besar kemungkinan kita tidak akan mendapatkan persetujuan darinya. Sekali gagal mendapatkan persetujuannya, maka kita akan mengalami kesulitan untuk bekerja selanjutnya. Semakin sering kita mengalami hal ini, semakin frustrasilah kita. Semakin frustrasi, semakin besar peluang kita untuk keluar dari tempat kerja karena merasa tidak dipercaya atau atasan sendiri memang tidak percaya dengan kemampuan kita.
- Mendapatkan dukungan atasan
Sering kali kita merasa bangga dapat menangani suatu hal atau pekerjaan secara mandiri, padahal mungkin saja atasan menginginkan adanya keterlibatan dirinya lebih jauh karena kita masih dianggap belum mampu secara mandiri. Mungkin atasan keliru menilai, namun kalau kita dapat bersabar sedikit saja, kepercayaan itu akan kita dapatkan. Tujuan akhir dari mengelola atasan ini adalah mendapatkan kepercayaan dari atasan sehingga kita bisa bekerja sesuai dengan arahannya dan menambahkan gaya kerja kita sendiri di dalamnya. Mempunyai atasan yang mengarahkan ada baiknya. Acap kali saat atasan mendampingi kita, timbul pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada habisnya (sampai kita tidak sabar kapan mulainya pekerjaan ini), belum lagi kecenderungan atasan peduli dan mau ikut bertanggung jawab atas situasi yang ada. Padahal ini adalah kesempatan emas untuk kita belajar darinya, mulai dari cara berpikir, sudut pandang, dan konsep atau filosofinya. Saat kita menangani masalah bersamanya, itu adalah saat yang penting untuk belajar lebih banyak lagi dan tidak hanya membuktikan bahwa kita menghargai dan menghormati atasan, namun selanjutnya akan memudahkan kita dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan yang diberikan.
- Mendapatkan kepercayaan atasan
Penting untuk membuat atasan terkesan, sama seperti membuat pelanggan jatuh hati. Atasan yang terkesan akan menyimpan persepsi yang baik tentang bawahannya dan menginginkan terus pengulangan pengalaman yang serupa. Kepercayaan akan tumbuh perlahan, tetapi pasti dan akan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak. Semua orang akan menjadi good guy.
Hubungan dengan atasan adalah hubungan yang sangat krusial dan patut diperjuangkan. Atasan bisa menjadi pemberi masukan yang akurat dengan merefleksikan apa yang kita miliki sekarang dan apa yang perlu kita miliki di masa mendatang. Kalau kita memiliki sikap yang negatif, atasan akan menampilkan sikap yang sama kepada kita. Atasan bisa menjadi guru yang baik dengan memberitahukan apa yang menjadi kesalahan dan kegagalan kita. Ketika kita bisa menerima kegagalan sama baiknya dengan keberhasilan, atasan akan bersikap positif dan memberikan kepercayaan lagi kepada kita dengan memberikan proyek atau pekerjaan lain, bahkan mengulang pekerjaan yang sama karena atasan menginginkan perkembangan diri kita. Kalau hubungan ini penting dan bermanfaat, lalu mengapa kita tidak meluangkan waktu untuk mempelajarinya?
Referensi:
Tedja, Ferry Wirawan. 2018. Managing Your Boss. Bandung: Prestasindo Mediaswara