4 MANFAAT PENDEKATAN BOTTOM-UP YANG PERLU DIKETAHUI

Tidak semua perusahaan memiliki pemimpin yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk menyelesaikan sebuah masalah. Dalam kasus ini, jika perusahaan memiliki banyak anggota untuk memikirkan sebuah solusi masalah, maka masalah tersebut dapat diselesaikan dengan lebih tepat dan cepat. Kedua contoh tersebut merupakan alasan mengapa pendekatan bottom-up lebih bermanfaat bagi suatu organisasi.

Pendekatan bottom-up merupakan pendekatan manajemen yang mengijinkan semua anggota tim berpartisipasi dalam mengambil keputusan terkait proses perencanaan bisnis. Jika Anda mulai berpikir untuk menerapkan pendekatan bottom-up untuk proses perencanaan bisnis Anda, terdapat beberapa manfaat yang perlu diketahui:

  1. Perencanaan tugas yang lebih efektif

    Karyawan yang terlibat dalam perencanaan kerja akan mampu memperkirakan mengenai apa yang perlu diselesaikan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Hasilnya adalah manajemen waktu yang lebih baik dan proses pengerjaan jauh lebih efektif.

  1. Mendapat wawasan yang lebih luas

    Salah satu keuntungan dari pendekatan ini adalah memberikan pemimpin kesempatan untuk mengambil keputusan dengan wawasan yang lebih luas karena melibatkan berbagai perspektif dari setiap anggota tim organisasi. Hasilnya adalah perencanaan dan penyelesaian tugas yang lebih bermakna.

  1. Karyawan merasa lebih dihargai

    Ketika sebuah perusahaan menerapkan bottom-up, maka setiap karyawan akan merasa suara mereka didengar dan kontribusi mereka dihargai. Karyawan yang merasa didengar dan dihargai akan lebih setia, memiliki moral dan berdedikasi penuh mencapai tujuan perusahaan. Dedikasi penuh karyawan pada setiap pekerjaannya tentunya akan meningkatkan produktivitas.

  1. Kesempatan untuk memaksimalkan potensi

    Dengan pendekatan bottom-up, setiap karyawan memiliki kesempatan untuk membantu pimpinan dengan mengutarakan pendapatnya masing-masing dan menunjukkan kemampuan mereka sehingga potensi mereka bisa diasah. Hal ini memudahkan para pimpinan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan masing-masing karyawan dan juga memaksimalkan produktivitasnya.

 

References:
Five Things to Know About the Bottom Up Strategy – Clarizen. Clarizen. (2020). Retrieved 11 March 2020, from https://www.clarizen.com/fivethings-to-know-about-the-bottom-up-strategy/.
Fisher, J.  (2019). Importance of Bottom Up Management and Innovation. Retrieved 20 August 2020, from https://ideadrop.co/importance-bottom-up-management-innovation/

MANAKAH YANG LEBIH BAIK: MANAJEMEN TOP-DOWN ATAU BOTTOM-UP

Ada dua pendekatan untuk organisasi manajemen yang efektif: top-down dan bottom-up. Manajemen top-down adalah pendekatan yang umum diterapkan dan arahannya ditetapkan oleh kepemimpinan dan disampaikan kepada tim dalam suatu organisasi. Sementara Manajemen bottom-up adalah sebaliknya: arahannya sebagian besar disuarakan dan ditetapkan oleh para karyawan dan disalurkan ke Manajemen tingkat atas.

Apakah Itu Manajemen Top-Down?

Pendekatan ini diterapkan ketika sasaran, proyek, dan tugas ditentukan oleh pemimpin dalam organisasi Anda dan dikomunikasikan kepada setiap tim di organisasi tersebut.

  • Kelebihan: diterapkan karena pada umumnya sebagian besar organisasi merasa familiar dengan sistem ini sehingga penerapannya sangatlah mudah. Begitu pula dengan para pemimpin yang sudah memahami visi dan misi perusahaan tersebut sehingga mereka dengan mudah dapat menetapkan sasaran, proyek, dan tugas yang selaras dengan visi dan misi perusahaan tersebut.
  • Kekurangan: para karyawan mungkin merasa tidak familiar dengan visi dan misi bisnis Anda karena mereka tidak terlibat dalam menyelaraskan sasaran bisnis tersebut. Ketidakakraban ini memengaruhi retensi karyawan: 71% milenial yang memahami misi perusahaan mereka akan bertahan bekerja setidaknya setahun.

 

Apakah Itu Manajemen Bottom-Up?

Manajemen ini diterapkan ketika sasaran, proyek, dan tugas sebagian besar diinformasikan dari respon  para karyawan dan dikomunikasikan kepada setiap tim manajemen. Para karyawan ini diharapkan untuk terlibat dalam penetapan sasaran, contohnya memberikan umpan balik dan diberikan suatu peran dalam mengambil keputusan.

  • Kelebihan: karyawan yang merasa didengar pendapatnya akan termotivasi untuk menjalankan pekerjaan mereka dengan kemampuan terbaik. Pendekatan ini juga membuat karyawan mampu menetapkan sasaran yang selaras dengan kelebihan mereka. Dengan begitu, karyawan dapat mencapai tujuan mereka dengan mudah.
  • Kekurangan: para karyawan sering kali tidak memiliki wawasan yang memadai terkait misi dan visi sebuah bisnis. Kurangnya pemahaman ini menyebabkan ketidakmampuan mereka dalam mengidentifikasi dan menetapkan sasarannya agar selaras dengan misi dan visi perusahaan. Selain itu, para karyawan mungkin tidak memiliki dukungan sumber daya yang mereka butuhkan untuk mengemudikan pendekatan ini dengan baik. Jadi, pendekatan manajemen ini tidak sesiap manajemen top-down untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan.

 

Pendekatan Manajemen Manakah yang Cocok untuk Perusahaan Anda?

Saat Anda menentukan mana yang cocok, tanyakan pada diri Anda:

  1. Apakah karyawan merasa terhubung dengan misi dan visi perusahaan?
  2. Apakah kepemimpinan di perusahaan berkomunikasi dengan jelas dan terbuka dengan masing-masing tim?
  3. Seberapa besar rasa kepemilikan karyawan atas pekerjaan mereka?
  4. Apakah budaya perusahaan mengutamakan umpan balik dari setiap karyawan?

Di sisi lain, organisasi Anda bisa saja menerapkan kedua pendekatan manajemen ini secara bersamaan. Penerapannya berupa penetapan sasaran yang dapat ditentukan oleh pimpinan dengan menerima beberapa umpan balik dari karyawannya. Ketika pendekatan-pendekatan manajemen ini telah ditentukan dan dikomunikasikan dengan tim, karyawan dapat menentukan sasaran pribadi mereka dengan pimpinannya melalui pendekatan bottom-up. Secara keseluruhan, penerapan top-down dan bottom-up secara bersamaan memastikan bahwa Anda menerima manfaat dari kedua pendekatan manajemen tersebut.

 

Reference:
Top-Down or Bottom-Up Management: Which is Best? – Everwise Blog. (2019, March 19). Retrieved from https://www.geteverwise.com/leadership/top-bottom-management-best-business/

KESALAHAN UMUM DALAM MEMBUAT BALANCED SCORECARD

Menerapkan Balanced Scorecard (BSC) memastikan organisasi tetap fokus melakukan aktivitas yang memiliki nilai strategis dalam meraih kinerja positif yang berkelanjutan. Dengan kata lain, BSC membantu eksekutif untuk membuat inisiatif yang diperlukan pada saat yang tepat dan mengelola kinerja mereka untuk memengaruhi kinerja perusahaan.

Pada umumnya organisasi telah menerapkan kerangka kerja BSC dengan baik dan mereka beroperasi 50% lebih baik dari pesaing utamanya. Akan tetapi, tidak semuanya berjalan lancar. Banyak organisasi juga gagal untuk menerapkan BSC karena perusahaan tersebut mengambil jalan pintas dan melupakan komponen penting saat mengembangkan BSC.

Berikut adalah kesalahan yang sebaiknya dihindari suatu perusahaan ketika mengembangkan BSC:

  1. Tidak memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang BSC sebelum menerapkannya dalam sebuah organisasi.
  2. Memulai pengembangan BSC dengan KPI, bukannya dengan strategi. Pengukuran menjadi tidak relevan karena tidak didasarkan pada sasaran Pemetaan strategis adalah tahapan pertama dan utama dari pengembangan BSC. KPI akan mengikuti setelah strategi yang dibentuk sudah jelas.
  3. Asal mengisi template strategi generik. Cukup penting untuk dicatat bahwa template peta strategi adalah panduan untuk berpikir.
  4. Mencontoh peta startegi perusahaan lain. Peta strategi harus menjadi gambaran strategi unik perusahaan Anda.
  5. Hanya menggunakan KPI sederhana untuk memantau kemajuan perusahaan Anda. KPI sebaiknya dibuat secara spesifik dan unik untuk mencapai sasaran strategis perusahaan.
  6. Tidak memiliki rencana aksi (inisiatif atau proyek) yang dihubungkan dengan sasaran strategis. Strategi tanpa eksekusi hanya akan menjadi sebuah cerita yang tidak terlaksana.
  7. Tidak merevisi dan memperbarui peta strategis, KPI, dan rencana aksi. Prioritas perusahaan selalu bergeser dari waktu ke waktu dan semua alat tersebut harus merefleksikan hasil yang diinginkan perusahaan.
  8. Tidak ada metodologi peningkatan proses. Hal ini mengakibatkan tidak efektifnya pendekatan penyelesaian masalah untuk setiap kesenjangan kinerja. Ketika ini terjadi, tidak akan ada perubahan yang dapat dilakukan dan kinerja akan terus memburuk.
  9. Terlalu fokus pada proses internal. Untuk membantu mengatasi masalah ini, Anda harus menyeimbangkan perspektif eksternal saat menerapkan BSC. Tujuannya adalah untuk mendapatkan penilaian yang seimbang tentang pasar, pemegang saham, pesaing, karyawan, dan pemangku kepentingan organisasi.
  10. Kurangnya struktur tinjauan formal. Adakan rapat tinjauan kinerja dan buat agenda dengan peran yang jelas untuk setiap individu.

 

Referensi:
7 Common Balanced Scorecard Mistakes Every Company Should Avoid. (n.d.). Retrieved from https://www.bernardmarr.com/default.asp?contentID=971
Problems Implementing a Balanced Scorecard. (n.d.). Retrieved from https://www.bpminstitute.org/resources/articles/problems-implementing-Balancedd-scorecard

TIPS MEMBANGUN BALANCED SCORECARD YANG SEIMBANG

Setiap organisasi memiliki caranya tersendiri dalam membangun Balanced Scorecard (BSC). Seorang manajer keuangan atau pengembangan bisnis di Apple, misalnya, membangun BSC di awal tanpa pertimbangan yang luas karena telah memahami pemikiran strategis kelompok manajemen puncak. Di sisi lain, seorang manajer di perusahaan lainnya pada umumnya perlu mendefinisikan strategi organisasi dan mengukur keberhasilan strategi tersebut.

Diperlukan suatu rencana pengembangan sistematis untuk membangun BSC yang seimbang dan mendorong komitmen pada penerapan BSC di antara manajer senior dan menengah. Berikut adalah tips yang sebaiknya diikuti untuk membangun BSC yang seimbang:

  • Lakukan persiapan

    Pertama, suatu organisasi harus mendefinisikan BSC sesuai dengan unit bisnis perusahaan. Unit bisnis yang dimaksud harus memiliki masing-masing pelanggan, saluran distribusi, fasilitas produksi, dan ukuran kinerja keuangan.

  • Rekrut Konsultan BSC

    Perusahaan sebaiknya merekrut seorang konsultan BSC yang akan mewawancarai manajer senior guna mendapatkan masukan mereka terhadap tujuan strategis perusahaan dan pembuatan proposal terkait langkah-langkah penerapan BSC. Konsultan tersebut juga dapat mewawancarai beberapa pemegang saham utama untuk mengetahui ekspektasi mereka terhadap kinerja keuangan masing-masing unit bisnis, dan beberapa pelanggan utama untuk mengetahui ekspektasi kinerja mereka bagi para pemasok peringkat atas. Pada akhirnya, mereka bertanggung jawab untuk mengkaji, mengkonsolidasikan, dan mendokumentasikan informasi dari setiap wawancara yang telah dilakukan.

  • Berdiskusi dengan Konsultan BSC

    Tim manajemen puncak harus berdiskusi dengan konsultan BSC untuk menjalani proses pengembangan BSC. Proses pengembangan BSC ini meliputi pengusulan visi, misi, dan pernyataan strategi (lihat gambar di bawah). Kemudian, luangkan waktu untuk mendefinisikan kunci keberhasilan strategi Anda. Tanyakan kepada diri Anda: “Jika saya sudah berhasil mencapai visi saya dan mengeksekusi strategi, bagaimana kinerja saya bisa berbeda untuk para pemegang saham; para pelanggan; proses bisnis internal; kemampuan berinovasi, tumbuh, dan meningkat?”

    Setelah mendefinisikan hal tersebut, rumuskan BSC yang terdiri dari langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan strategis. Anda sebaiknya juga berdiskusi dengan tim Anda mengenai langkah-langkah tersebut, pengusulan program perubahan, dan mulai mengembangkan rencana implementasi.

  • Eksekusi rencana implementasi BSC

    Tim yang bertanggung jawab pada akhirnya harus mengeksekusi rencana implementasi BSC. Hal ini meliputi penghubungan pengukuran dengan sistem informasi perusahaan, mengkomunikasikan BSC ke seluruh organisasi, dan mendorong serta memfasilitasi pengembangan metrik untuk masing-masing unit bisnis.

  • Lakukan tinjauan

    Sediakan informasi mengenai pengukuran BSC untuk ditinjau bersama tim manajemen puncak dan manajer setiap divisi dan departemen. Tinjauan ini sebaiknya dilakukan minimum setiap 3 bulan. Selain itu, metrik BSC juga perlu ditinjau setiap tahun sebagai bagian dari perencanaan strategis, penetapan tujuan, dan proses alokasi sumber daya.

 

Referensi:
Nine Steps to Success. (n.d.). Retrieved from https://www.intrafocus.com/services/nine-steps-to-success/
Kaplan, R., S. & Norton, D., P. (1993). Putting the Balance Scorecard to Work. Retrieved from https://hbr.org/1993/09/putting-the-balanced-scorecard-to-work

KELEBIHAN BALANCED SCORECARD

Setelah mengikuti artikel sebelumnya, Anda mungkin dapat lebih memahami fungsi Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat pencapaian objektif dan metrik kinerja manajemen strategis. Riset Khozein (2012) yang berjudul Balanced Scorecard Should be an Attention in Organizations telah membuktikan bahwa organisasi yang menggunakan pendekatan dengan BSC cenderung mengungguli organisasi yang tidak memilki pendekatan manajemen kinerja strategis.

Berikut adalah kelebihan menggunakan Balance Scorecard:

  1. Perencanaan strategis yang lebih baik

    Balance Scorecard menyediakan framework yang kuat untuk membangun dan mengkomunikasikan strategi. Model bisnis divisualisasikan dalam peta strategis yang membantu manajer untuk berpikir tentang hubungan “sebab dan akibat” dengan objektif strategis yang berbeda. Ini artinya hasil kinerja dan pemicu untuk kinerja masa depan dapat diidentifikasi untuk membentuk gambaran komplit strategi tersebut.

  1. Peningkatan strategi komunikasi dan eksekusi

    Mempunyai peta atau gambaran mengenai strategi memudahkan perusahaan untuk mengkomunikasikan strateginya secara eksternal dan internal dengan mudah. Hal ini berhubungan dengan pepatah yang sering kali didengar, yaitu “sebuah gambar bermakna seribu kata”. “Rencana dalam gambar” ini memfasilitasi pengertian strategi, membantu karyawan dan stakeholder eksternal untuk ikut terlibat dalam penyampaian dan pengulasan strategi. Sulit bagi orang untuk mengeksekusi strategi yang mereka sendiri tidak paham sepenuhnya, jadi gambar tersebut membantu untuk meningkatkan pemahaman bagi pihak yang terlibat.

  1. Informasi manajemen yang lebih baik

    Pendekatan dengan Balance Scorecard membantu organisasi untuk mendesain indikator kinerja utama yang mengukur hal penting bagi perusahaan. Riset dari Bernard Marr menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard cenderung memberi hasil yang lebih tinggi pada kualitas informasi manajemen dan pembuatan keputusan yang lebih baik.

  1. Laporan kinerja yang meningkat

    Balance Scorecard bisa digunakan untuk panduan desain laporan dan papan pedoman kinerja. Ini memastikan bahwa pelaporan manajemen berfokus pada hal yang tertunda dalam masalah strategis dan membantu perusahaan untuk memantau eksekusi dari rencana mereka.

  1. Penyelarasan organisasi yang lebih baik

    Balance Scorecard membantu perusahaan untuk menyelaraskan struktur organisasinya dengan objektif strategis yang telah dibentuk. Dalam mengeksekusi rencana dengan baik, organisasi harus memastikan bahwa seluruh unit bisnis dan fungsi dukungan sedang bekerja pada tujuan yang sama. Menerapkan Balance Scorecard kepada semua unit akan membantu perusahaan tersebut mencapai keselarasan strategi dengan kegiatan operasionalnya.

 

Referensi:
Khozein, Ali. (2012). Balanced Scorecard Should be Attention in Organizations. International Journal of Research in Management. 2(1). Retrieved from https://rspublication.com/ijrm/jan-12%20pdf/4.pdf
Marr, B. (2020). 7 Benefits of a Balanced Scorecard. Retrieved from https://www.bernardmarr.com/default.asp?contentID=972

PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN PADA BALANCED SCORECARD

Tujuan yang ditetapkan dalam sudut pandang finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal menjelaskan mengenai apa yang harus dikuasai perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang luar biasa. Tidak kalah pentingnya adalah memahami perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada Balanced Scorecard (BSC) karena perspektif ini akan membantu menyediakan ekosistem yang memungkinkan tujuan dari sudut pandang lainnya tercapai.

 Perspektif tersebut juga mengajarkan pentingnya menanamkan investasi untuk masa depan, seperti peralatan baru, riset, dan pengembangan produk baru. Selain itu, perusahaan juga harus melakukan investasi terhadap infrastruktur, para pekerja, serta sistem dan prosedur agar membantu mencapai tujuan pertumbuhan jangka panjang.

Terdapat empat kategori utama yang harus ditingkatkan dalam pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan, yaitu:

  • Kapabilitas karyawan

    Melakukan proses pekerjaan yang sama terus-menerus, dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang sama, tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan perusahaan, gagasan untuk meningkatkan proses dan kinerja untuk pelanggan harus datang dari pekerja lini depan yang paling dekat dengan proses internal dan pelanggan perusahaan. Pergeseran ini memerlukan pelatihan kembali para pekerja sehingga kepandaian dan kreativitas dapat ditingkatkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

  • Kapabilitas sistem informasi

    Untuk meningkatkan keefektifan karyawan yang bekerja dalam lingkungan kompetitif di dunia bisnis, perusahaan perlu mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, proses internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan. Para karyawan garis depan perlu mendapat informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai setiap hubungan yang ada antara perusahaan dengan pelanggan.

  • Motivasi dan pemberdayaan karyawan

    Meskipun karyawan yang terampil dilengkapi dengan akses kepada informasi yang luas, mereka tidak akan memberi kontribusi bagi keberhasilan perusahaan jika mereka tidak termotivasi untuk bertindak kepada kepentingan terbaik perusahaan. Oleh karena itu, faktor yang memicu tujuan pembelajaran dan pertumbuhan terfokus kepada iklim perusahaan, yang mendorong timbulnya motivasi dan inisiatif karyawan untuk berkontribusi.

  • Prosedur dan instruksi kerja

    Kategori ini menggambarkan tanggung jawab setiap karyawan di dalam perusahaan, contohnya siapa yang melakukan tindakan apa, urutan apa yang harus dilakukan, langkah atau tugas berikutnya, kriteria standar yang harus mereka penuhi, dan lain-lain. Setiap tanggung jawab yang dilakukan harus dievaluasi secara periodik guna memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan kualitas, seperti ISO 9001, TQM, atau Sig Sigma.

 

Referensi:
BSC – Learning & Growth Perspective. (n. d.). Retrieved from http://www.smb-finance.com/services/global-business-consultancy-Balanced-scorecard/bsc-project-management-implem2entation-3
Learning and Growth Perspective. (2020). Retrieved from https://Balancedscorecard.org/learning-and-growth-perspective/
Marr, B. (2020). The Four Perspectives In a Balanced Scorecard. Retrieved from https://www.bernardmarr.com/default.asp?contentID=968

PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PADA BALANCED SCORECARD

Setelah tujuan keuangan dan pelanggan telah ditetapkan dalam Balanced Scorecard (BSC), langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengendalikan proses bisnis inti. Proses-proses ini memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan pemegang saham dan mencapai keunggulan dalam pelayanan pelanggan. Pada akhirnya, pencapaian proses ini akan menciptakan nilai bagi konsumen dan berkontribusi pada hasil finansial yang positif.

Berikut adalah tiga tahapan  yang dapat diikuti perusahaan untuk memahami sudut pandang di setiap bagian internal bisnis:

  • Innovation process (proses inovasi)

    Dalam proses ini, unit bisnis meneliti kebutuhan konsumen yang sedang berkembang ataupun yang belum terlihat dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Berikut adalah empat bentuk dasar kategori dari inovasi. Perusahaan dapat menekankan salah satu dari kategori tersebut atau melakukan semuanya.

    1. Kuadran 1: Improving Core Businesses

      Berfokus pada penambahan inovasi yang dapat dikembangkan dengan cepat dan tidak mahal. Penambahan inovas ini berupa line extensions (produk baru dalam kategori yang sama dengan produk perusahaan yang telah ada) dan horizontal growth strategy (memasuki pasar atau wilayah geografis baru).

    1. Kuadran 2: Exploiting Strategic Advantages

      Berfokus pada pengambilan merek dan jaringan produk yang sudah ada dan menargetkan kepada pelanggan dan pasar baru, tanpa memerlukan perubahan besar pada kemampuan bisnis yang sudah dimiliki. Ini berarti bisnis bergerak keluar dari lingkup strategi perusahaan yang sekarang dan memanfaatkan kapabilitas melalui diversifikasi yang terkonsentrasi.

    1. Kuadran 3: Developing New Capabilities

      Berfokus pada pendalaman kepuasan pelanggan dan loyalitas merek atau macam produk dengan menambah kapabilitas baru perusahaan tanpa melakukan perubahan besar dalam lingkup strategi. Perusahaan mungkin mengembangkan teknologi, bakat, atau bisnis baru.

    1. Kuadran 4 : Creating Revolutionary Change

      Berfokus pada inovasi radikal yang melebihi macam produk dan merek  yang dimiliki perusahaan saat ini untuk membuat perubahan yang mendasar dalam lingkup strategi maupun kapabilitasnya.

  • Operation Process (Proses Operasi)

    Proses operasi adalah tempat di mana produk dan jasa diproduksi dan disampaikan kepada pelanggan. Proses ini secara historis telah menjadi fokus sebagian besar sistem pengukuran kinerja perusahaan. Contohnya, pelaksanaan operasi yang baik, penghematan biaya dalam berbagai proses manufaktur dan layanan jasa tetap merupakan tujuan yang penting. Akan tetapi, keunggulan operasional bukanlah komponen yang paling menentukan dari upaya perusahaan dalam mencapai tujuan finansial dan pelanggan. Komponen lainnya yang menentukan adalah layanan yang diberikan kepada pelanggan setelah proses produksi selesai dijalankan dan produk telah diterima oleh pelanggan.

  • Regulatory and Social Processes (Proses Pengaturan dan Sosial)

    Merupakan proses dimana perusahaan harus memastikan bahwa mereka telah mengikuti peraturan negara yang ada dan menyesuaikan standar yang telah ditetapkan. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan keterlibatan dalam komunitas guna menciptakan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan begitu, perusahaan dapat membangun reputasi yang baik dan membantu menarik karyawan baru jika dibutuhkan dan mempertahankan karyawan berkualitas.

 

Referensi:
Developing Objectives for the Internal Business Process Perspective. (2014). Retrieved from    https://erpminsights.com/developing-objectives-for-the-internal-business-process-perspective/
Internal business process perspective. (2020). Retrieved from https://www.passionned.com/strategy/pm/balanced-scorecard/internal-business-process-perspective/
Willis, J. (2016). Categories of Innovation. Retrieved from https://slideplayer.com/slide/9614894/

PERSPEKTIF KONSUMEN BALANCED SCORECARD

Pada masa lampau, perusahaan berfokus pada kemampuan internal – mengandalkan kekuatan produk dan inovasi teknologi – tetapi mengabaikan bagian eksternal, yaitu pelanggannya. Akan tetapi, perusahaan yang tidak memahami kebutuhan pelanggan akan mempermudah pesaing untuk menyerang perusahaan tersebut lewat penawaran produk dan jasa yang lebih baik sesuai dengan keinginan pelanggan. Oleh karena itu, banyak perusahaan di masa sekarang yang berpindah strategi untuk memerhatikan pelanggannya dengan menciptakan produk dan jasa yang memiliki nilai bagi pelanggan. Strategi yang berfokus pada pelanggan inilah yang akan diukur pada Balanced Scorecard (BSC) dari perspektif pelanggannya.

Dalam perspektif pelanggan  pada BSC, perusahaan mengidentifikasi pelanggan  yang ditargetkan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perusahaan harus memeriksa berbagai segmen pasar, termasuk populasi pelanggan yang ada saat ini maupun calon pelanggan yang akan datang. Kemudian dari pemeriksaan ini, dipilihlah segmen mana yang akan dimasuki oleh perusahaan tersebut.

Perspektif pelanggan juga difokuskan pada bagaimana organisasi tersebut memerhatikan dan memberikan pelayanan kepada pelanggannya agar berhasil dalam mencapai target perusahaan. Mengetahui pelanggan dan harapannya saja tidaklah cukup. Suatu organisasi juga harus memberi insentif kepada manajer dan karyawan agar mereka lebih bersemangat untuk melayani serta memenuhi harapan pelanggan. Selain berkeinginan untuk memuaskan pelanggan  pada perspektif pelanggan BSC, para manajer bisnis tersebut juga harus mewujudkan pernyataan misi dan strategi ke dalam tujuan yang disesuaikan dengan pasar dan pelanggan yang dituju.

Saat mempertimbangkan perspektif pelanggan, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Mencari tahu apa yang dicari pelanggan

    Pertama, Anda harus membuat suatu tujuan untuk mencari tahu kebutuhan pelanggan. Anda dapat mulai dari menjelaskan apa yang membedakan produk atau layanan Anda dari pesaing dan kenali alasan mengapa pelanggan memilih produk/jasa Anda. Hal ini akan memudahkan Anda dalam mempertahankan pelanggan dan menambah jumlah pelanggan yang membeli produk atau menggunakan jasa Anda.

  1. Mengartikulasikan tujuan dari sudut pandang pelanggan

    Dengan mengartikulasikan apa yang dibutuhkan pelanggan, Anda akan mampu untuk menempatkan diri pada posisi pelanggan dan lebih memahami sudut pandang mereka.  Misalnya, jika nama perusahaan Anda adalah Perusahaan A, tujuan Anda mungkin dapat ditulis, “Desain produk Perusahaan A cocok dengan selera saya,” atau “Perusahaan XYZ memberi saya hasil yang cepat dan jujur,” atau “Produk Perusahaan XYZ membuat pekerjaan saya lebih mudah.”

  1. Melakukan Evaluasi terhadap sudut pandang pelanggan

    Evaluasi terhadap perspektif pelanggan dapat dilakukan berdasarkan apa yang pelanggan Anda katakan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Contohnya, beberapa pelanggan mungkin memberi tahu Anda bahwa mereka sangat puas dengan produk atau layanan Anda tetapi tidak pernah membeli dari Anda lagi — dan yang lain mungkin mengeluh terhadap produk/layanan Anda tetapi tetap membeli dari Anda setiap dua minggu? Untuk mengetahui apa yang dipikirkan pelanggan Anda, Anda dapat mengadakan survei dalam bentuk pengisian form umpan balik pelanggan, Net Promoter Score (NPS),  maupun mengadakan Focus Group Discussion (FGD).

Adapun contoh indikator kinerja dalam perspektif pelanggan adalah sebagai berikut:

  • Customer Acquisition (Akuisisi Pelanggan)

    Mengukur dalam bentuk relatif atau absolut, mengenai keberhasilan unit bisnis dalam menarik atau memenangkan pelanggan  baru.

  • Customer Satisfaction (Kepuasaan Pelanggan)

    Menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu di dalam proposisi nilai.

  • Customer Retention (Retensi Pelanggan)

    Mengukur dan menunjukkan bagaimana sebaiknya perusahaan berusaha mempertahankan pelanggannya

  • Customer Profitability (Profitabilitas Pelanggan)

    Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan  tersebut.

 

Referensi:
BSC Customer’s Perspective. (2020). Retrieved from http://www.smb-finance.com/services/global-business-consultancy-Balanced-scorecard/bsc-customer-perspective
Jackson, T. (2020). Balanced Scorecard Customer Perspective. Retrieved from https://www.clearpointstrategy.com/Balancedd-scorecard-customer-perspective/
Presecan, M (2020). The Customer Perspective within the Balanced Scorecard. Retrieved from https://www.performancemagazine.org/customer-perspective-Balancedd-scorecard/

PERSPEKTIF FINANSIAL BALANCED SCORECARD

Kinerja keuangan perusahaan harus dipantau dan diukur karena merupakan elemen terpenting untuk sebagian besar perusahaan. Biasanya perusahaan menggunakan beberapa tolok ukur kinerja keuangan untuk memantau kondisi keuangan tersebut, contohnya Net Profit, Return on Investment (ROI), dan lain-lain. Pemantauan kinerja keuangan tersebut merupakan kunci utama yang dijelaskan pada perspektif keuangan pada Balanced Scorecard (BSC). Perlu diingat bahwa pentingnya perspektif keuangan bukan berarti mengabaikan perspektif lainnya karena perlu adanya penyelarasan dari setiap perspektif untuk mencapai tujuan perusahaan di masa depan.

Sebelum Anda menerapkan perspektif Finansial pada BSC, Anda harus memerhatikan di mana perusahaan Anda sekarang berada di antara tiga tahapan  berikut:

Growth

Merupakan tahapan awal di mana perusahaan sedang gencar bertumbuh. Dalam proses pertumbuhan ini, perusahaan menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Untuk memanfaatkan potensi ini, perusahaan tersebut harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak untuk:

  • Mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru.
  • Membangun dan memperluas fasilitas produksi.
  • Membangun kemampuan kinerja operasional untuk menanamkan investasi dalam sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang mendukung terciptanya hubungan global.
  • Memelihara dan mengembangkan hubungan dengan konsumen.

Pada tahap ini, sebenarnya banyak perusahaan beroperasi dengan arus kas negatif dan pengembalian modal investasi yang rendah. Investasi yang dilakukan untuk masa depan mungkin melibatkan uang kas lebih banyak daripada yang dihasilkan perusahaan tersebut karena produk, jasa, dan konsumen yang terbatas. Investasi perusahaan ini pada akhirnya berkontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan. Contoh-contoh tujuan finansial perusahaan dalam tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat pertumbuhan penjualan di pangsa pasar baru, pelanggan baru yang dihasilkan oleh produk dan jasa baru, dan lain-lain.

Sustain

Merupakan situasi di mana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi investor dan diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Unit bisnis seperti ini akan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh setiap tahun. Proyek investasi akan lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai hambatan, perluasan kapasitas, dan peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan. Kebanyakan unit bisnis di tahap bertahan akan menetapkan tujuan finansial yang berkaitan dengan keuntungan, contohnya laba operasi, marjin kotor, marjin bersih, dan lain-lain.

Harvest

Dalam tahap ini, bisnis tidak lagi membutuhkan investasi besar. Mereka cukup membutuhkan pemeliharaan peralatan dan kapabilitasnya saja. Selain itu, pastikan juga setiap proyek investasi memiliki periode pengembalian yang tepat dan dalam waktu yang singkat. Tujuan utamanya agar memaksimalkan arus kas kembali ke perusahaan. Tujuan finansial secara keseluruhan untuk bisnis dalam tahap ini adalah penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.

 

Referensi:
Native, T. J. C.-F. & A. (2019, February 5). A Closer Look At The Balanced Scorecard Financial Perspective. Retrieved from https://www.clearpointstrategy.com/Balancedd-scorecard-financial-perspective/
Balanced Scorecard. (n.d.). Retrieved from https://www.shareweb.ch/site/Learning-and-Networking/sdc_km_tools/Documents/Balancedd%20Scorecard.pdf
Balanced Scorecard. (2020). Retrieved from https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/finance/Balancedd-scorecard/

BALANCED SCORECARD
UNTUK BISNIS YANG LEBIH BAIK

Pengukuran kinerja tradisional pada umumnya hanya terpaku pada pengukuran finansial saja. Pengukuran ini dianggap tidak efektif karena sering kali salah dalam memberi sinyal untuk perubahan dan inovasi bisnis. Diperlukan alat pengukuran yang lebih menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai pespektif dalam mengevaluasi kinerja bisnis.

(BACA JUGA: TIPS MEMBANGUN BALANCED SCORECARD YANG SEIMBANG)

Balanced Scorecard (BSC) merupakan salah satu alat ukur kinerja organisasi yang memberi sudut pandang komprehensif. Fungsi utama BSC adalah membantu pencapaian sasaran dan sebagai metrik kinerja manajemen strategis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan meningkatkan berbagai fungsi dan kinerja bisnis, baik internal maupun eksternal. Selain itu, BSC juga digunakan untuk mengukur dan mengelola aspek finansial dan non-finansial bisnis, serta memberikan umpan balik kinerja kepada organisasi.

Berikut adalah informasi yang diperlukan untuk menerapkan BSC:

  • Perspektif Keuangan (Bagaimana pandangan kami terhadap pemegang saham?)

    Gunakan data keuangan seperti penjualan, pengeluaran, dan pemasukan untuk memahami kinerja keuangan suatu perusahaan.

  • Perspektif Pelanggan (Bagaimana Pelanggan melihat kami?)

    Kumpulkanlah hasil penilaian pelanggan tentang kepuasan mereka terhadap kualitas, harga, dan ketersediaan barang atau jasa perusahaan.

  • Perspektif Proses Bisnis Internal (Apa yang harus dikuasai?)

    Evaluasi kinerja manajemen operasional dengan cara menginvestigasi sejauh mana proses produksi  dijalankan secara efisien dan efektif di perusahaan. Manajemen operasional dianalisis untuk memantau celah, penundaan, penyempitan, kekurangan, atau kapasitas yang terbuang.

  • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Bisakah kita terus meningkatkan dan menciptakan nilai?)

    Meningkatkan kemampuan dan kompetensi anggota perusahaan melalui pusat pelatihan dan pengetahuan. Kedua hal ini ditunjukkan melalui seberapa baik informasi dapat dikumpulkan dan seberapa baik karyawan dapat menggunakan informasi tersebut untuk diubah menjadi keunggulan kompetitif dalam mencapai tujuan perusahaan.

 

Dengan menggabungkan empat perspektif tersebut, Balanced Scorecard membantu manajer memahami bahwa banyak hubungan sebab-akibat antara satu perspektif dengan yang lainnya. Pemahaman ini membantu menyelesaikan hambatan fungsional di perusahaan dan pada akhirnya mengarah pada pengambilan keputusan serta penyelesaian masalah yang lebih baik. Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah yang lebih baik dalam Balanced Scorecard didasarkan pada visi dan strategi sebuah organisasi dan membutuhkan manajemen untuk menganalisis data yang dikumpulkan.

 

Referensi:
Tarver, Evan. “How a Balanced Scorecard Is Used.” Investopedia, Investopedia, 4 Feb. 2020, www.investopedia.com/terms/b/balancedscorecard.asp.
Norton, Robert S. KaplanDavid P. “The Balanced Scorecard-Measures That Drive Performance.” Harvard Business Review, 1 Aug. 2014, hbr.org/1992/01/the-balanced-scorecard-measures-that-drive-performance-2.