ANALISIS ANCAMAN SUBSTITUSI

Pada produk yang generik, sering kali ada lebih dari satu cara untuk mengungkapkan kebutuhan tertentu. Berbagai macam cara dan pilihan yang tersedia untuk memenuhi suatu kebutuhan inilah yang menjadi dasar salah satu ancaman dalam pasar yang dikonsepkan oleh Michael Porter dalam Porter’s 5 Forces-nya, yaitu ancaman substitusi (threat of substitute).

Ancaman produk substitusi menggambarkan ancaman yang terjadi kepada perusahaan ketika terdapat pesaing yang menawarkan konsumen pilihan produk yang berbeda, namun dapat memenuhi kebutuhan yang sama. Untuk memahami apa yang dimaksud ancaman substitusi ini, bayangkan saja seseorang akan bepergian ke luar kota. Untuk menuju ke sana, orang tersebut memiliki dua pilihan, antara menggunakan pesawat atau kendaraan darat (mobil, bis, atau kereta). Pesawat dan mobil merupakan dua jenis kendaraan yang berbeda, namun memiliki fungsi sebagai transportasi yang sama. Akibatnya, seorang pelanggan dapat beralih dari layanan maskapai ke layanan persewaan mobil.

Menganalisis ancaman substitusi bisa menjadi sulit karena semua produk yang dibandingkan tidak terlalu mirip, namun bisa menawarkan sesuatu (nilai atau fungsi) yang lebih atau bahkan kurang dari produk yang kita buat. Terlebih lagi, produk substitusi tidak dapat langsung dikenali karena produk tersebut sering kali berasal dari luar industri operasional sebuah perusahaan. Konsumen biasanya membuat analisis berdasarkan nilai yang ditawarkan melalui produk tersebut beserta harganya. Inilah alasan mengapa analisis ancaman substitusi membutuhkan perhatian khusus untuk identifikasinya dan mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah tersebut untuk jangka panjang.

Untuk menentukan tingkat ancaman substitusi, Anda dapat mengajukan serangkaian pertanyaan seperti:

  • Apakah biaya peralihan konsumen rendah?
  • Apakah produk pengganti lebih murah dari produk Anda atau produk pesaing lainnya dalam industri tersebut?
  • Apakah produk pengganti memiliki kualitas yang sama atau lebih baik dari produk Anda atau produk pesaing lainnya dalam industri tersebut?
  • Apakah produk pengganti berkinerja lebih baik daripada produk Anda atau produk pesaing lainnya dalam industri tersebut?
  • Apakah ada satu atau lebih pengganti yang tersedia di pasar?

Oleh karena itu, perusahaan dapat bertahan menghadapi produk substitusi dengan cara berikut:

  • Differentiation

    Melalui pembuatan penawaran produk yang unik, konsumen akan bisa terpuaskan dengan produk yang spesifik dan tidak mudah terbuai dengan produk substitusi atau pengganti. Mungkin saja ada fitur tambahan atau keuntungan yang tidak ada pada produk pengganti.

  • Customer Value

    Konsumen sering kali menilai apakah kualitas dan fitur produk yang dijual sepadan dengan harga yang ditawarkan perusahaan. Artinya, konsumen mencari keuntungan maksimal yang dapat dicapai dengan menghabiskan biaya paling murah. Jika value ini dibuat untuk konsumen, mungkin mereka tidak perlu melirik produk lainnya.

  • Brand Loyalty

    Sering kali perusahaan berusaha untuk membuat dan mempertahankan brand loyalty yang kuat untuk semua konsumennya. Ini dapat mencegah konsumen untuk beralih kepada merek atau produk pengganti lainnya.

 

Referensi:
Luenendonk, M. (2019, September 18). Threat Of Substitutes: Porter’s Five Forces Model. Retrieved from https://www.cleverism.com/threat-of-substitutes-porters-five-forces-model/

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Perusahaan perlu berfokus membangun hubungan yang baik dengan masyarakat luas karena masyarakat adalah salah satu unsur yang menentukan kelangsungan bisnis perusahaan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat adalah dengan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR). CSR adalah tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan sekitar dalam bentuk berbagai kegiatan yang memberikan nilai.

Terdapat dampak positif jika perusahaan bersedia melakukan CSR. CSR dapat membentuk hubungan kedekatan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat. CSR juga membantu perusahaan untuk meningkatkan citranya dengan sangat baik. Masyarakat akan melihat bahwa perusahaan tidak hanya menawarkan barang, tetapi juga menawarkan sesuatu yang membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Secara tidak langsung, penjualan produk juga dapat meningkat karena kecenderungan konsumen yang melihat citra positif perusahaannya.

Ada baiknya jika perusahaan peduli pada program CSR-nya dengan baik, namun apa saja yang perlu diperhatikan dalam membangun CSR perusahaan? Berikut adalah penjelasannya:

  1. CSR haruslah berdampak secara jangka panjang. Artinya CSR akan terus terasa dampaknya bahkan setelah programnya berakhir dan itu berarti CSR haruslah menghasilkan kemandirian. Melalui assessment potensi lokal, maka dapat dilihat apa yang patut dikembangkan di lingkungan sekitar masyarakat, baik itu lokasi tempat tinggalnya atau hasil alam yang bisa dihasilkan dari sana. Contohnya, jika masyarakat lokal bermata pencaharian sebagai petani maka CSR dapat berbentuk penyuluhan pertanian yang berisi informasi mengenai potensi produk, kebutuhan yang dapat dipenuhi dan proses perawatan tanaman serta pelatihan untuk menghasilkan bibit dan pupuk yang baik.
  1. Program CSR haruslah berdampak luas. Artinya, jika suatu masyarakat di suatu daerah memperoleh program CSR, maka masyarakat tersebut akan mengembangkan manfaatnya ke masyarakat di daerah sekitarnya dan begitu seterusnya. Sebagai contoh, jika suatu program CSR berwujud pengembangan produk pertanian seperti pada contoh di atas, maka daerah sekitarnya dapat berperan sebagai pasar produk pertanian tersebut atau memperoleh keuntungan dari pengembangan bibit lokal yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk pertanian mereka sendiri.
  1. Program CSR haruslah berdampak langsung bagi pemberi dan penerimanya. Sering didengungkan bahwa program CSR hanya berdampak langsung bagi penerima, tapi tidak bagi pemberi. Contohnya, mengembangkan potensi lokal untuk menjadikan masyarakat sebagai supplier bahan baku yang dibutuhkan oleh industri juga dapat memberikan manfaat langsung karena bahan baku dari lingkungan sekitar dapat mengurangi biaya logistik.

 

Referensi:
Kompasiana.com. “Membangun CSR Yang Berkualitas.” KOMPASIANA, 9 Apr. 2018, www.kompasiana.com/pelaksana/5acb4051ab12ae75330e1282/membangun-csr-yang-berkualitas?page=all.
Brian, Oleh Rio, et al. “Pengertian CSR Menurut Para Ahli, Manfaat, Fungsi, Serta Contohnya.” Maxmanroe.com, 26 Oct. 2017, www.maxmanroe.com/pengertian-csr.html.

BISNIS DALAM RESESI

Apakah resesi? Penjelasan sederhananya adalah, jika tetangga Anda dipecat dari pekerjaannya, itu adalah salah satu tanda resesi. Resesi merupakan pertumbuhan negatif pada aktivitas ekonomi yang menyebar rata dan bertahan selama beberapa bulan. Dampak resesi adalah orang-orang kehilangan pekerjaannya, penurunan pendapatan pada perusahaan, perlambatan pada produksi industrial, dan jatuhnya daya beli masyarakat.

Terdapat beberapa hal yang bisa menjadi tanda resensi, antara lain:

  • Ketika pabrik telah menerima pesanan yang besar selama berbulan-bulan, namun pesanan menurun tiba-tiba
  • Ketika pabrik itu memecat para karyawannya tetapi tidak membuka lowongan baru lagi.
  • Penjualan jatuh dan tingkat pertumbuhan bisnis-bisnis stagnan.

Jika hal-hal ini terjadi, maka itu berarti resesi sedang dalam perjalanan untuk menyerang perekonomian negara dan dampak yang paling jelas langsung terjadi kepada perusahaan yang ada pada negara tersebut. Pada saat resesi terjadi, perusahaan tentunya memiliki rencana dalam menanggulangi kesulitan ekonomi yang ada pada saat itu. Hal ini tentunya dilakukan agar dampak negatif yang menghambat pertumbuhan mereka setidaknya tidak menghancurkan perusahaan tersebut hingga pailit.

Berikut adalah tujuh cara-cara yang perlu Anda pertimbangkan ketika resesi terjadi:

  1. Memproteksi arus kas

    Dana yang terus mengalir diperlukan dalam menjaga kelangsungan bisnis. Menjaga pemasukan dana merupakan hal yang sulit, namun ini dapat diatasi dengan mempercepat pembayaran dari konsumen, memperpanjang pembayaran pada pemasok, atau melakukan negosiasi ulang kontrak dengan pemilik tanah yang disewa dalam menjalankan bisnis.

  1. Tinjau Praktik Manajemen Inventaris

    Mencari cara untuk mengurangi biaya inventaris tanpa mengorbankan kualitas barang atau membuat pelanggan tidak nyaman, seperti mengurangi pesanan atau mencari pemasok lain.

  1. Fokus pada Kompetensi Inti

    Jangan menambahkan produk/ layanan ekstra yang menguras sumber daya pada produk Anda, tetapi berfokuslah untuk menggunakan sumber daya tersebut pada pada produk/ layanan terbaik Anda.

  1. Mengembangkan dan Menerapkan Strategi untuk Memenangkan Pelanggan Kompetisi

    Anda harus terus memperluas basis pelanggan/ klien Anda, yaitu dengan menarik pelanggan dari pesaing. Tawarkan sesuatu yang lebih atau unik dari yang dilakukan pesaing Anda.

  1. Manfaatkan Pelanggan dan Klien Saat Ini

    Selain mencari pelanggan baru, perhitungkan pula pelanggan lama ke dalam strategi Anda.

  1. Jangan mengurangi pemasaran

    Di waktu sulit, pemasaran adalah hal yang paling dibutuhkan oleh bisnis. Konsumen ingin mengubah keputusan mereka dalam membeli kebutuhan di masa sulit. Oleh karena itu, bantulah mereka menemukan produk dan jasa Anda dengan terus melakukan pemasaran.

  1. Jagalah citra perusahaan Anda

    Waktu yang sulit membuat bisnis susah mencari pinjaman, namun citra yang baik memberikan Anda kesempatan lebih untuk mendapat pinjaman agar bisnis tetap bertahan. Bayarlah pinjaman tepat waktu dan jagalah citra baik perusahaan Anda.

 

Referensi:
Ward, Susan. “Here Are Some Cash Flow Management Tips to Keep Your Cash Flow Flowing.” The Balance Small Business, The Balance Small Business, 30 May 2019, www.thebalancesmb.com/ways-to-protect-cash-flow-2948034.
Ward, Susan. “7 Ways to Make Your Business Thrive in Tough Economic Times.” The Balance Small Business, The Balance Small Business, 27 Jan. 2019, www.thebalancesmb.com/business-thrive-tough-economy-2948298.

PERUBAHAN TEKNOLOGI DI DALAM BISNIS

Dengan semakin majunya zaman, teknologi terus-menerus berkembang. Bisnis skala kecil atau start-up mulai bermunculan dan selalu beradaptasi terhadap segala kebutuhan konsumennya. Selama bertahun-tahun telah ada banyak perubahan pada cloud system (sistem penyimpanan data), pengelolaan data, dan jasa informasi teknologi (IT).  Perkembangan teknologi mendorong bisnis kecil untuk beroperasi lebih efisien, seperti mempermudah bisnis untuk mengadakan rapat atau memudahkan komunikasi mereka dengan konsumen sehingga bisnis-bisnis ini dapat dengan mudah mencapai tujuan mereka.

Salah satu keuntungan yang diperoleh oleh bisnis kecil dengan adanya teknologi adalah kemudahan untuk berkolaborasi antar tim. Contohnya, keberadaan Google Docs yang membuat tim mereka dapat bekerja dan mengulas sebuah dokumen secara bersamaan untuk menghemat waktu. Bisnis kecil juga dapat dengan lebih mudah menjangkau konsumen mereka agar dapat memenuhi kebutuhannya. Web chat software, contohnya, membantu mempermudah bisnis dengan cara memberikan layanan agar dapat berbicara dengan konsumennya secara pribadi. Ketika bisnis menawarkan bantuan dan menyediakan jawaban melalui web chat software, mereka dapat memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli barang dengan lebih cepat.

Berikut adalah cara untuk memilih teknologi yang tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda.

  • Melakukan penelitian terhadap teknologi yang relevan

    Anda perlu melakukan penelitian untuk menilai teknologi apa yang ada di pasar dan apa ulasan dari pengguna. Mengizinkan orang yang akan menggunakan teknologi untuk menilainya dapat memastikan manfaat dari teknologi atau sistem baru tersebut.

  • Mengetahui kekuatan bisnis Anda

    Fokuslah kepada inti di mana perusahaan Anda sukses dalam suatu hal dan bagian mana yang perlu diperbaiki. Berkonsultasilah dengan manajer dan karyawan untuk memeriksa hal yang perlu dioptimalkan. Contohnya, kecepatan internet mungkin menurun dalam operasi sehari-hari di kantor Anda. Mengganti dengan internet yang lebih mahal tetapi lebih cepat akan meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan bisnis Anda.

  • Mengerti karyawan Anda

    Cobalah untuk mengerti kemampuan karyawan Anda. Mencoba untuk mengimplementasikan teknologi baru kepada tim yang menolak untuk beradaptasi adalah langkah yang sia-sia. Untuk menghindari masalah ini, pastikan Anda mengerti kelebihan dan kelemahan karyawan Anda yang perlu didukung sehingga Anda dapat memastikan bahwa teknologi baru yang ada relevan untuk digunakan dan menguntungkan bagi karyawan Anda.

  • Ramah pengguna

    Teknologi yang diimplementasikan haruslah mudah digunakan oleh seluruh karyawan. Jika karyawan sulit mengoperasikan teknologi tersebut, maka akan menyebabkan turunnya produktivitas dalam melakukan pekerjaan mereka.

  • Memastikan dukungan teknis tersedia

    Untuk memastikan kelancaran transisi dari sistem lama ke sistem baru diperlukan dukungan dalam bentuk pelatihan, keamanan, peningkatan (upgrade), dan layanan pemecahan masalah (troubleshooting) sangat penting. Memilih teknologi yang tepat berarti memilih sistem yang tidak hanya memberikan kapasitas yang Anda butuhkan saat ini, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan ekspansi besok. Anda perlu memastikan bahwa Anda tidak membayar untuk kapasitas lebih dari yang Anda butuhkan.

 

Referensi:
Commercient. (2020). Technology Challenges Businesses Face & How to Overcome Them. [online] Available at: https://www.commercient.com/3-big-technology-challenges-businesses-face-overcome/ [Accessed 19 Feb. 2020].
Benefits of Technology in Business. Smallbusiness.chron.com. (2020). Retrieved 19 February 2020, from https://smallbusiness.chron.com/benefits-technology-business-336.html.

BAGAIMANA PORTER 5 FORCES MEMBANTU UKM MENGANALISA KOMPETISI

Memahami faktor eksternal perusahaan adalah sangat penting karena sering kali faktor eksternal lebih berpengaruh dibandingkan faktor internal. Selain PESTEL, kompetisi dan kekuatan lainnya sangat krusial untuk diperhatikan. Salah satu cara untuk menganalisis kompetisi dan mengerti industri Anda, yaitu dengan menerapkan Porter’s 5 Forces. Porter’s 5 Forces terdiri dari lima kekuatan, yaitu Competitive Rivalry, Threat of New Entrance, Threats of Substitutes, Bargaining Power of Buyers, dan Bargaining Power of Suppliers.

Kelima faktor ini membantu perusahaan untuk menentukan strategi apa yang tepat dan efektif di dalam industri tersebut. Memahami kekuatan kompetisi dan stakeholders lainnya dapat menyediakan kerangka kerja untuk mengatasi kompetisi. Berikut adalah penjelasan tentang kelima kekuatan Porter’s 5 Forces:

  • Competitive Rivalry (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)

    Sekuat apa kompetisi yang ada di dalam pasar? Competitive Rivalry dianggap tinggi ketika ada beberapa bisnis yang menjual barang atau jasa yang sama. Ketika industri sedang bertumbuh, konsumen beralih kepada penawaran pesaing dengan biaya yang lebih kecil. Ini menyebabkan perang pemasaran dan harga terjadi sehingga dapat merusak bisnis.

  • The Threat of New Entrants (Ancaman Pendatang Baru)

    Seberapa susah pendatang baru yang dapat menjadi pesaing bergabung ke dalam pasar? Semakin mudah pesaing untuk masuk ke pasar, semakin besar risiko bagi bisnis yang sudah lama berada di dalam pasar tersebut.

  • The Threat of Substitute (Ancaman Produk Pengganti)

    Seberapa mudah bagi konsumen untuk berganti pada produk atau jasa yang lain? Contohnya, beralih dari membeli sepatu menjadi sandal. Di sinilah jumlah pesaing, perbandingan harga dan kualitas, laba, dan modal diukur.

  • Bargaining Power of Buyers (Daya Tawar Pembeli)

    Seberapa besar kemampuan pembeli untuk meminta harga yang lebih rendah? Konsumen memiliki kemampuan yang besar ketika ada banyak penjual di pasar, namun hanya sedikit pembeli sehingga ini membuat pembeli dengan mudah beralih ke penjual lainnya.

  • Bargaining Power of Suppliers (Daya Tawar Pemasok)

    Seberapa besar kendali pemasok untuk mengatur kenaikan harga yang akhirnya merendahkan laba usaha? Semakin sedikit pemasok yang ada, semakin besar kekuatan yang mereka punya. Bisnis akan jadi lebih baik ketika memiliki bermacam-macam pemasok.

Setelah menyelesaikan analisis dengan Porter’s 5 Forces, perusahaan harus mempertimbangkan strategi demi memiliki competitive advantage. Oleh karena itu, Porter mengidentifikasi tiga strategi generik yang dapat diimplementasi pada industri mana pun, antara lain:

  • Cost Leadership

    Meningkatkan laba dengan mengurangi modal, sementara menjual barang dengan harga yang ditetapkan secara standar.

  • Differentiation

    Memiliki barang yang secara signifikan lebih baik atau unik dibandingkan kompetitor. Hal ini membutuhkan riset dan pengembangan juga penjualan dan pemasaran yang seksama.

  • Fokus

    Implementasi yang sukses mengharuskan perusahaan memilih ceruk pasar untuk menjual barang-barang mereka. Ini membutuhkan pemahaman yang kuat tentang pasar, penjualnya, pembeli dan pesaing.

 

Referensi:
Martin, M. (2019, December 3). Analyzing the Competition with Porter’s Five Forces. Retrieved from https://www.businessnewsdaily.com/5446-porters-five-forces.html

ENAM ALASAN MENGAPA CEO GAGAL

Banyak perusahaan yang mampu beroperasi dan banyak pula yang tidak bertahan. Ketika sebuah perusahaan gagal atau sedang dalam masalah, pertanyaan yang sering kali muncul adalah: “Mengapa CEO-nya gagal?” Jawaban pertanyaan ini pada umumnya adalah mereka tidak memahami lebih jauh mengenai bisnis yang sedang dijalankan. Tidak hanya itu, kegagalan ini juga disebabkan oleh ketidakmampuan, adanya kekakuan dalam karakteristik kepemimpinan CEO, serta perilaku yang membuat para CEO ragu untuk beradaptasi dengan perubahan. Berikut adalah alasan utama mengapa CEO  mengalami kegagalan:

  1. Keraguan untuk berkembang

    CEO yang sudah lama menjabat kedudukannya cenderung merasa ragu untuk berkembang. Riset yang dilakukan Harvard Business Review menunjukkan bahwa semakin lama seorang pemimpin menjabat dalam kedudukannya, maka semakin rendah indikator return to shareholder-nya. Kenyataannya adalah para CEO yang lebih terbuka dalam menerima perubahan akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.

  1. Kinerja yang buruk

    Pada umumnya, penyebab kinerja buruk CEO adalah ketidakmampuan mereka dalam menanggulangi situasi ekonomi yang terus berubah, contohnya seperti munculnya kompetisi baru, permintaan konsumen yang meningkat, dan adanya digitalisasi. Jadi, seorang CEO berkewajiban untuk membantu karyawan beradaptasi dengan kondisi eksternal perusahaan, menyesuaikan kinerja dengan perkembangan yang sedang terjadi, dan menginspirasi mereka untuk mencapai visi perusahaan.

  1. Adanya skandal

    Skandal muncul karena adanya ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan perusahaan dan munculnya kejanggalan dalam keuangan perusahaan. Jika perusahaan berada dalam masalah dan citra mereka memburuk di masyarakat akibat adanya skandal tersebut, maka tuduhan utama akan ditujukan kepada CEO perusahaan.

  1. Kurangnya kewaspadaan

    CEO yang telah lama memegang jabatannya cenderung merasa dirinya sudah ahli dan anggota dari direksi perusahaan sebaiknya tetap memerhatikan kinerja mereka. Apalagi jika suatu perusahaan akan menjalankan merger, kebanyakan CEO menjadi kehilangan arah untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Jadi, anggota dari direksi perusahaan berkewajiban untuk mengatur keseimbangan perusahaan dan menegur CEO yang “arogan” karena jabatan dan reputasi mereka.

  1. Respons terhadap stres yang dialami

    Riset Harvard Business Review menunjukkan bahwa seorang CEO mengundurkan diri dari jabatannya setelah enam tahun bekerja di suatu perusahaan. Hal ini terjadi karena ia ditugaskan untuk memajukan perusahaan dengan meningkatkan harga stok tiga kali lipat dalam lima tahun dan mengubah manajemen operasional perusahaan. Di tengah menjalankan kewajibannya, kekacauan mulai terjadi. Tim manajemen mulai tidak produktif, rapat jarang dilaksanakan, dan masalah politik internal perusahaan mulai muncul. Pada akhirnya, CEO tersebut memutuskan untuk mengundurkan diri karena tidak mampu menanggulangi masalah yang terjadi dan stres yang dihadapi.

  1. Permasalahan Tim Manajemen Puncak (TMP)

    Permasalahan mulai muncul ketika setiap anggota TMP tidak bekerja dengan tujuan yang selaras, tidak transparan dalam membagi informasi, dan tidak melibatkan semua anggota dalam pembuatan keputusan. Hal ini pada akhirnya akan menyulitkan CEO dan menjatuhkan kinerjanya.

 

Referensi:
Lewinter, H. (2014, August 13). 3 Reasons Why CEOs Fail. Retrieved from https://www.nimble.com/blog/3-reasons-why-ceos-fail/
Jarrett, M. (2018, August 2). Six Reasons CEOs Fail. Retrieved from https://knowledge.insead.edu/leadership-organisations/six-reasons-ceos-fail-9806

BAGAIMANA CEO MERAIH PUNCAK TANPA GELAR

Perusahaan selalu memiliki ekspektasi tinggi terhadap lulusan gelar sarjana dan hal ini akan mengantarkan mereka pada kesalahan dalam merekrut pekerja. Riset Harvard Business Review menunjukkan bahwa memiliki gelar sarjana tidak menjamin bahwa seseorang akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan  8% dari CEO yang terlibat sebagai sukarelawan dalam riset ini tidak menyelesaikan sekolahnya. Berikut adalah cara bagaimana CEO tersebut meraih kesuksesan dalam kepemimpinan mereka:

Menjadi orang dalam (Insider) yang terpercaya

89% CEO tanpa gelar sarjana “bertumbuh” dalam industri yang sama di mana mereka menjabat sebagai CEO. Mereka juga menghabiskan 40% waktu bekerja di industri yang mereka inginkan dibandingkan dengan kalangan mereka yang memiliki gelar sarjana. Kedua temuan ini menunjukkan bahwa seorang CEO mampu membangun pengetahuan khusus mengenai industrinya saat mereka mulai menjabat sebagai CEO.

Memiliki pengetahuan dan koneksi luas merupakan wadah kesuksesan CEO yang membuat ketiadaan gelar mereka diabaikan. Pada dasarnya, perusahaan sering kali merekrut orang dalam yang mereka kenal dibandingkan dari luar perusahaan ataupun industri lainnya dan hal ini merupakan kesempatan CEO untuk membangun kepercayaan perusahaan.

Memberikan hasil yang melebihi ekspektasi

CEO yang mencapai kesuksesan tanpa gelar sarjana membiarkan hasil berbicara sendiri. Hal ini berarti mereka selalu menunjukkan hasil pekerjaan yang melebihi sasaran yang ingin dicapai. Hasil pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa mereka dapat diandalkan dan dipercaya oleh perusahaan. Kedua karakteristik tersebut menggandakan peluang mereka untuk direkrut dalam suatu perusahaan.

Menjadi magnet para pekerja

CEO tanpa gelar lebih proaktif mengelilingi diri mereka dengan pekerja yang terampil dan mengandalkan timnya untuk berkontribusi terhadap pekerjaannya. Mereka merupakan seseorang yang rendah hati dan lebih terbuka dalam mengumpulkan gagasan dari bawahannya tanpa melihat status dan kedudukan mereka. Perusahaan dengan CEO yang lebih rendah hati dan terbuka akan berkinerja lebih baik dibandingkan dengan CEO yang memprioritaskan sifat “kemandirian” bawahannya.

Seorang CEO tidak akan luput dari kesulitan saat menjalankan kewajibannya. Walaupun banyak dari mereka yang mengalami kesulitan karena ketiadaan gelar sarjana, tetapi jalur karier yang dipilih akan memberikan pengetahuan dan pelajaran terlepas dari tingkat pendidikan mereka. Secara keseluruhan, para pemimpin akan berkinerja lebih baik jika mereka mempelajari bisnis lebih dalam, berfokus memberikan hasil, dan belajar mengandalkan orang lain.

 

Referensi
Powell, K., R. Botelho, E., L. Tetali, V. (2018, March 5). How CEOs Without College Degrees Got to the Top. Retrieved from https://hbr.org/2018/02/how-ceos-without-college-degrees-got-to-the-top

CARA CEO MEMILIH ORANG YANG TEPAT DALAM TIM KEPEMIMPINAN

Seorang pemimpin akan bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya perusahaan. Tidak ada seorang pun yang sangat diperlukan untuk bertumbuh dan berubah, selain CEO. Pada tahap awal ketika perusahaan dibentuk, seorang CEO memiliki tugas untuk memahami pelanggan, membuat desain produk dan servis, dan menjual solusi kepada pasar. Akan tetapi, ketika perusahaan sudah memiliki daya tarik dan mulai bertumbuh, CEO perlu menggeser fokusnya pada pendesainan dan pembangunan budaya organisasi.

Hal terpenting dalam membentuk perusahaan adalah tim kepemimpinan di dalam organisasinya. Mengapa demikian? Karena tim tersebut adalah kelompok yang akan melebarkan dan mengelola semua bagian bisnis. Kemampuan berpikir secara strategis dan kemampuan tim tersebut untuk melaksanakannya akan menjadi kemudi utama perusahaan untuk mencapai kesuksesan.

Keputusan terbesar yang akan dibuat oleh seorang CEO adalah memilih siapa saja yang akan menjadi anggota dalam tim kepemimpinan.  Oleh karena itu, berikut adalah cara seorang CEO mengetahui bagaimana memilih calon anggota tim kepemimpinan:

  • Seberapa baik Anda mengetahui diri Anda?
    Sebelum memilih anggota tim kepemimpinan, Anda perlu berpikir kembali tentang kekuatan, kelemahan, gaya, dan kebiasaan Anda. CEO yang baik akan menyadari kekurangan mereka sehingga mereka yakin bahwa tim yang dibentuk akan menutupi kekurangan yang tak tertangani oleh CEO tersebut.

 

  • Apa saja batasan pengetahuan dan kemampuan Anda?
    Ketika harus bekerja sama dengan tim kepemimpinan yang dibentuk oleh CEO, anggotanya biasanya berkata “Iya Boss”. Mereka sama sekali tidak memberikan tanggapan dalam diskusi dan hanya menantikan bantuan dan lari dari kritik atasannya. Oleh karena itu, CEO yang baik memiliki rasa percaya diri dan kerendahan hati untuk “bergaul” dengan orang yang lebih pintar dari CEO tersebut. Dengan demikian, para CEO mampu untuk memperluas kemampuan dan memperdalam pengalaman tim mereka.

 

  • Sejauh mana Anda ingin meningkatkan keragaman jenis kelamin, etnis, dan budaya?
    Tentunya Anda ingin memiliki tim yang memiliki kesetaraan terhadap segala jenis kelamin dan latar belakang yang bermacam-macam. Sebuah riset membuktikan bahwa tim yang memiliki keberagaman yang tinggi akan memberikan hasil pekerjaan yang lebih baik sebesar 35% dan tim dengan kesetaraan jenis kelamin mampu memberikan 15% lebih banyak hasil pekerjaaan mereka. Keberagamaan pada puncak manajemen perusahaan akan memicu keberagaman pula untuk semua anggota organisasi yang ada dalam perusahaan tersebut.

 

Referensi:
Eckfeldt, B. (2019, April 9). Choosing Your Leadership Team Is the Biggest Decision You’ll Make as CEO. Here’s How to Select the Right People. Retrieved from https://www.inc.com/bruce-eckfeldt/great-ceos-surround-themselves-with-best-leadership-team-heres-how-to-create-yours.html

4 TANDA BAHWA ANDA ADALAH CALON CEO

Menjadi pemimpin yang luar biasa membutuhkan banyak pengalaman dan pelatihan, tetapi ini bukan berarti semua orang bisa menjadi seorang CEO hanya melalui kerja keras. Anda akan kecewa jika berpikir bahwa semua orang memang terlahir untuk bekerja sebagai CEO. Seorang CEO adalah seseorang yang telah dibentuk untuk melakukan tugasnya dengan baik. Dia telah mengasah kemampuannya untuk menjadi pemimpin yang baik karena dia tahu bahwa “dilahirkan untuk menjadi CEO” saja tidak cukup.

Berikut adalah empat tanda bahwa Anda adalah seorang calon CEO:

  1. Anda Selalu Ingin Tahu dan Seorang yang Terus Belajar.

    Komitmen yang menjadi awal self-improvement yang rutin adalah kunci untuk kepemimpinan yang sukses. Ini adalah praktik yang dilakukan oleh orang terkemuka seperti Warren Buffet, Bill Gates, dan Oprah Winfrey yang mengaku sebagai pembelajar abadi. Sebuah riset telah membuktikan bahwa Anda akan lebih mungkin untuk mencapai puncak sebuah organisasi bila Anda memiliki peran yang bervariasi (dari keuangan hingga pemasaran) daripada menjadi pakar di suatu departemen yang Anda rasa nyaman.

  1. Anda Bersedia untuk Merasa Sebagai Seorang yang Paling Bodoh di Tempat Kerja.

    Kemampuan untuk mengumpulkan dan mendengarkan ide yang luar biasa sangatlah penting daripada kemampuan untuk mengatasi kerumitan di tempat kerja secara efektif dan cepat. Kepemimpinan yang hebat melibatkan kemanusiaan untuk menghormati kemampuan orang lain dan rasa percaya diri yang cukup untuk menunjukkan keterbatasan Anda serta untuk menerima bantuan orang lain.

    Jika Anda seorang calon CEO, Anda akan mendahulukan keinginan untuk belajar dan hasil pembelajarannya. Oleh karena itu, berteman dengan orang yang sangat pintar bisa menjadi kesempatan bagi Anda untuk belajar banyak dari mereka tentang kepemimpinan.

  1. Anda Cenderung Terobsesi.

    Sebagai programmer muda, Bill Gates terkenal bekerja dengan keyboard-nya hingga ia tertidur dalam posisi duduk. Ketika ia terbangun, ia melihat ke atas untuk mengumpulkan kesadarannya selama beberapa detik dan mulai bekerja lagi. CEO GoPro juga mengejar obsesi mimpinya untuk membuat video selancar yang lebih baik lagi. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa orang atau wirausahawan yang sukses sangat terobsesi untuk memecahkan masalah yang sangat penting bagi mereka.

  1. Anda Dapat Bercerita yang Menarik Perhatian.

    Jika Anda ingin mengubah pikiran seseorang dan meyakinkan mereka untuk setuju mengikuti Anda, maka kemampuan untuk memanipulasi emosi diperlukan. Hal ini menjadi sesuatu yang penting karena dipercayai bahwa tidak ada yang dapat memengaruhi emosi kita selain cerita yang menakjubkan.

Referensi:
Stillman, J. (2016, November 10). 5 Signs You’re CEO Material. Retrieved from https://www.inc.com/jessica-stillman/5-signs-youre-ceo-material.html

APA YANG MENJADIKAN EKSEKUTIF EFEKTIF?

Seorang eksekutif yang efektif harus mendapatkan pengetahuan mengenai apa yang dibutuhkan organisasi. Untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, ia harus memiliki kebiasaan bertanya tentang “Apa yang perlu dilakukan?” Pertanyaannya bukan hanya sekedar tentang apa yang harus dilakukan, melainkan bertanya dan menganggap serius pertanyaan tersebut merupakan hal yang krusial bagi kesuksesan manajerial.

Dengan menjawab pertanyaan tersebut, seorang eksekutif akan selalu menemukan prioritas berbeda untuk dikerjakan. Eksekutif yang efektif juga harus bertanya, “Apakah ini hal yang tepat bagi perusahaan?” Pertanyaan ini tentunya ditujukan bagi para pemegang saham, karyawan, dan eksekutif yang adalah organ penting dalam mendukung sebuah keputusan untuk organisasi.

Eksekutif yang efektif harus bisa menuliskan rencana aksi (action plan). Rencana aksi ini merupakan pernyataan niat, yaitu rencana yang perlu direvisi secara rutin karena setiap kesuksesan akan menciptakan peluang baru bagi perusahaan. Eksekutif yang efektif akan menciptakan sebuah sistem untuk membandingkan hasil dari sebuah pekerjaan dengan ekspektasi yang ada.

Setelah membuat rencana aksi (action plan), seorang eksekutif yang efektif juga harus bisa mewujudkan aksinya. Yang dimaksud dalam mewujudkan aksi disini adalah pembuatan keputusan, komunikasi, peluang, dan rapat-rapat. Setelah keputusan dibuat, seorang eksekutif juga harus bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang telah dibuat.

Setelah mengetahui apa yang perlu dilakukan, apa yang tepat bagi perusahaan, rencana aksi, serta telah bertanggung jawab keputusan yang dibuat, maka seorang eksekutif yang efektif perlu bisa:

  • Bertanggung jawab atas komunikasi

    Untuk memastikan rencana aksi (action plan) maupun kebutuhan informasi mereka dimengerti oleh atasan, kolega, bawahan dan sejawat.

  • Berfokus kepada peluang

    Karena sepenting apapun pemecahan masalah, itu hanya solusi untuk mencegah kerusakan. Namun, dengan memanfaatkan peluang, itu akan membuahkan hasil yang menguntungkan bagi semua orang di dalam organisasi.

  • Mengadakan rapat-rapat yang produktif

    Kunci rapat yang efektif ialah memutuskan terlebih dahulu jenis pertemuannya. Setiap rapat yang berbeda tentunya membutuhkan jenis persiapan yang berbeda pula.

  • Berpikir dan berkata “kami”, bukannya “aku”

    Seorang eksekutif yang efektif tahu bahwa otoritas yang mereka miliki berasal dari kepercayaan organisasi. Mereka perlu memikirkan kebutuhan dan peluang bagi organisasi sebelum memikirkan kebutuhan dan peluang bagi diri mereka sendiri.

 

Referensi:
Drucker, P. (2006). The Effective Executive. Saint Louis: Routledge.